Perkara yang bisa menghilangkan KENIKMATAN dan KELEZATAN dalam beribadah


Assalammualaikum... Wr. Wb.

Hai Sahabat Rofiul Is-One.
Alhamdulillah kita berjumpa lagi dan semmoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT dan dikumpulkan dengan orang orang sholeh yang senantiasa istiqomah dalam kebaikan... Aamiin.

Wahai Sahabat ku semuanya... Apakah kita sudah merenungkan Anugerah Dan Nikmat yang sudah dilimpahkan kepada kita Hari ini...?? 

Dikisahkan dalam sebuah Riwayat

"ABU YAZID AL BUSTHAMI رحمه الله‎"

Tak ada yang ragu soal kealiman dan kezuhudan Abu Yazid al-Busthami رحمه الله‎.

Tokoh sufi ternama abad ke-9 ini termasuk hamba dengan ketaatan yang utuh. Kehidupan Abu Yazid رحمه الله‎ nyaris penuh dengan aktivitas ibadah. Namun, ada yang janggal di hatinya ketika bertahun-tahun beribadah tapi ia tak pernah merasakan kenikmatan dan kelezatan beribadah.

Mengapa ?

Abu Yazid رحمه الله‎ telah berikhtiar maksimal.

Totalitas adalah prinsip baginya dalam menghamba kepada Allah ﷻ. Lalu, kenapa kejanggalan itu terjadi ?

Pertanyaan ini terus mengganggu pikirannya hingga Abu Yazid رحمه الله‎ menghadap ibunya dan memberanikan diri untuk bertanya.

“Wahai Ibunda, aku selama ini aku tak menemukan manisnya ibadah dan ketaatan. Ingat-ingatlah, apakan Ibunda pernah mengonsumsi makanan haram saat aku masih berada dalam perut atau ketika aku masih menyusu ? ”

Sang ibunda diam agak lama. Ia berusaha mengingat-ingat seluruh peristiwa seperti apa yang dikatakan anaknya.

“Wahai anakku,” jawab ibu Abu Yazid kemudian, “Saat kau masih dalam perut, Ibunda suatu kali pernah naik ke atas atap. Ibunda melihat sebuah ember berisi keju dan karena berselera Ibunda mencicipinya seukuran semut tanpa seizin pemiliknya.”

“Pasti gara-gara ini,” kata Abu Yazid رحمه الله‎. Ia lantas memohon kepada ibunya untuk menemui si pemilik keju dan memberi tahu masalah yang terjadi.

Sang ibunda pun menuruti permintaan Abu Yazid رحمه الله‎, mendatangi pemilik keju itu dan menceritakan perbuatannya yang mencuil keju hanya sebesar semut lalu memakannya.

“Keju itu sudah halal untukmu,” kata pemilik keju kepada sang ibunda yang segera ia kabarkan kepada anaknya, Abu Yazid al-Busthami رحمه الله‎. Sejak saat itu Abu Yazid رحمه الله‎ dapat merasakan manisnya ketaatan dan beribadah kepada Allah ﷻ.

Kisah yang terekam dalam kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi ini memberi pesan tentang pentingnya membersihkan diri dari hal-hal haram, baik dari segi substansi ataupun karena cara memperolehnya. Sudahkah semua barang yang kita makan dan kita manfaatkan didapatkan dari proses yang sepenuhnya halal ?

Terputusnya ibadah dari rasa manisnya yang dialami Abu Yazid رحمه الله‎ juga menunjukkan bahwa selalu ada keterkaitan antara penyimpangan perbuatan fisik seseorang dan suasana ruhaninya. Dan, penyimpangan tersebut tak mesti bersumber dari dirinya sendiri, tapi bisa juga dari orang tuanya.

Kenyataan ini pula yang memberi peringatan para orang tua agar sangat berhati-hati dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya :

pastikan semua halal, dengan demikian kehidupan akan berkah.

~~~

Sumber :

Kitab an-Nawâdir

Karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi.


Rofiul Is-One.

Comments